Sejarah film pendek dalam perkembangan perfilman dunia
Wikipedia mengatakan,
dalam sejarah dunia perfilman dunia, film pendek mulai populer sejak
tahun 1950-an. Perkembangan terbesar film pendek dimulai dari Jerman dan
Perancis. Para penggagas film pendek itu ialah Manifesto Oberhausen di
Jerman dan kelompok Jean Mitry di Perancis. Kemudian muncul Oberhausen
Kurzfilmtage yang sekarang menjadi festival film pendek tertua di dunia,
tepatnya di kota Oberhausen sendiri.
Tidak
menunggu waktu yang lama Paris pun menjadi saingan dengan kemunculan
Festival du Court Metrage de Clermont-Ferrand yang diadakan setiap
tahun. Festival-festival film pendek di Eropa menjadi ajang eksibisi
utama yang kaya akan pengunjung, apalagi didukung dengan munculnya
banyak rumah sinema berkapasitas kecil. Masyarakat pun dapat menyaksikan
pemutaran film-film pendek ini di hampir setiap sudut kota di Eropa.
Sumber
lain mengatakan, film pendek sudah populer sejak tahun 30an. Banyak
perusahaan film besar yang memproduksi film pendek memanfaatkannya untuk
tujuan komersil. Perusahaan film yang memiliki jaringan bioskop sendiri
seringkali menjual film pendek ini pada bioskop-bioskop lain dan film
tersebut dijual dalam satu paket yang mengharuskan bioskop-bioskop
tersebut juga menayangkan feature yang mengkomersilkan nama perusahaan
tersebut. Pada akhirnya kualitas film pendek pun jadi merosot. Praktek
ini disebut dengan istilah block booking yang pada akhirnya dinyatakan
illegal oleh US Supreme Court.
Dengan
dikeluarkannya kebijakan tersebut, film pendek kembali populer. Sejak
saat itu, film pendek adalah sepenuhnya lahan milik para sineas
independent. Produsen film besar juga masih memproduksi film pendek,
namun hanya untuk special project dan bukan untuk tujuan komersil.
Pada
tahun 50an, film pendek mulai merasuki pertelevisian. Bentuk film
pendek yang populer ditayangkan di televisi waktu itu (bahkan sampai
sekarang) adalah kartun yang menampilkan karakter unik. Pada akhir 60an,
film pendek di layar lebar dinyatakan menghilang dari layar lebar.
Pada
tahun 1980, definisi durasi dari film pendek berubah menjadi 40-80
menit. Mendekati film durasi normal. Yang tetap membedakan film pendek
adalah topiknya yang rumit. Kini banyak dbuat festival sebagai ajang
ekspresi para pembuat film pendek. Bersamaan dengan menjamurnya festival
film pendek, popularitas film pendek juga meroket dan menuai antusiasme
para sineas amatir.
Sejarah film pendek di Indonesia
Wikipedia menuliskan bahwa
film pendek di Indonesia mulai muncul di kalangan pembuat film
Indonesia sejak munculnya pendidikan sinematografi di IKJ. Perhatian
para film-enthusiasts di era tahun 70-an bisa dikatakan cukup baik dalam
membangun atmosfer positif bagi perkembangan film pendek di Jakarta.
Bahkan,
Dewan Kesenian Jakarta mengadakan Festival Film Mini setiap tahunnya
semenjak tahun 1974, dimana format film yang diterima hanyalah seluloid
8mm. Tapi, sangat disayangkan pada tahun 1981 Festival Film Mini
berhenti karena kekurangan dana.
Pada
1975, muncul Kelompok Sinema delapan yang dimotori Johan Teranggi dan
Norman Benny. Kelompok ini secara simultan terus mengkampanyekan pada
masyarakat bahwa seluloid 8mm dapat digunakan sebagai media ekspresi
kesenian .
Hubungan internasional
mulai terbangun, diantaranya dengan para filmmaker Eropa terutama dengan
Festival Film Pendek Oberhausen, ketika untuk pertama kali-nya film
pendek Indonesia berbicara di muka dunia di tahun 1984. Keadaan ini
memancing munculnya Forum Film Pendek di Jakarta, yang berisikan para
seniman, praktisi film, mahasiswa dan penikmat film dari berbagai kampus
untuk secara intensif membangun networking yang baik di kalangan
pemerhati film.
Pada tahun 1985
melalui acara Pekan Sinema Alternatif yang diselenggarakan di Galeri
Cipta II Taman Ismail Marzuki 12-16 November 1985, disebutkan sebagai
salahsatu program acara adalah Pameran Sinema Elektronik. Pameran sinema
elektronik adalah sebuah respon atas fenomena baru teknologi video yang
masuk ke Indonesia.
Video adalah
fenomena baru saat itu. Namun seperti halnya 8mm, penggunaan medium
video masih pada seputar kalangan masyarakat menengah keatas. Perguliran
wacana video art sebagai sesuatu yang baru di Indonesia mendapatkan
respon yang baik namun masih pada sebatas sebuah respon atas teknologi
yang sophisticated. Dalam program pameran sinema elektronik pada pekan
sinema alternatif tersebut diputarkan beberapa karya video art dari
Jerman dan Amerika Serikat.
Secara
garis besar, keadaan film pendek di Indonesia memang dapat dikatakan
ironis. Film pendek Indonesia hampir tidak pernah tersampaikan ke
pemirsa lokal-nya secara luas karena miskinnya ajang-ajang eksibisi
dalam negri. Akan tetapi di sisi lain, di dunia internasional, film
pendek Indonesia cukup mampu berbicara dan eksis. Dari sejak karya-karya
Slamet Rahardjo, Gotot Prakosa, Nan T. Achnas, Garin Nugroho, sampai ke
generasi Riri Riza dan Nanang Istiabudi.
Nah, itulah sedikit
informasi tentang sejarah film pendek di dunia dan Indonesia yang dapat
saya kumpulkan. Banyak ucapan terima kasih yang harus saya haturkan atas
jasa-jasa para tokoh pengembang film pendek yang berjuang keras pada
jamannya demi kemajuan film pendek. Berbeda dengan pada saat itu, kini
perkembangan film pendek dirasa sudah tak terbatas. Pesatnya
perkembangan teknologi membuat para pembuat film pendek lebih bebas
dalam berkarya dan dapat menayangkannya dengan mudah, terutama melalui
media internet.Demikian yang saya bisa sampaikan, semoga dapat membantu dan memberikan informasi yang cukup. Dan apabila kamu memiliki informasi tambahan tentang sejarah film pendek, jangan sungkan dan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Mari kita berbagi pengetahuan.